WEBSITE bukan lagi sebuah dunia maya yang terpisah dari realitas sosial. Pengaruh buruk dari sebuah konten di website bisa sama dengan pengaruh buruk tayangan televisi. Namun, jika diberdayakan, pengaruh positif website tak ada duanya kini, mengalahkan media konvensional dalam hal kecepatan akses dan kemudahan mendapatkan.
Dalam konteks inilah website bersifat edukasi sangat dibutuhkan. Namun, di Indonesia, website bernuansa edukasi masih terbilang langka. Perkembangan teknologi informasi di bidang website ini hanya dimanfaatkan untuk aktivitas yang bernilai ekonomi.
Memperkenalkan website bersifat edukasi ke anak-anak, apalagi untuk perkenalan yang pertama, akan sangat membantu membangun persepsi anak bahwa website berfungsi untuk belajar, bukan untuk main-main atau hiburan semata.
Ada satu peluang yang dibuang oleh Indonesia, yaitu tak menyiapkan pembaca anak-anak sejak dini. Padahal, di negara yang melek internetnya tinggi, anak-anak menjadi rebutan karena lewat pengalaman pertama anak-anak dalam mengakses website itu, kesempatan untuk regenerasi pembaca ke depannya akan berjalan mulus.
Di negara maju, media masa ternama dan juga institusi besar baik swasta maupun negara berlomba-lomba membuat website dengan target pembaca anak- anak dan remaja. Website telah menjadi ajang penyadaran brand secara murah. Berikut ini beberapa website yang edukasi untuk anak-anak dan remaja.
National Geographic
Dengan alamat http://kids.nationalgeographic.com, situs ini selain merepresentasikan lapangan ilmu yang selama ini dikerjakan National Geographic, juga memberi nuansa baru akan pendidikan sejak dini bagi pembaca National Geographic.
Di situs ini ada foto-foto, video, game, dan aktivitas yang khusus didesain anak-anak. Foto-foto dan video binatang langka, tempat-tempat langka, dan wajah-wajah komunitas dari berbagai dunia dengan resolusi tinggi khas National Geographic menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak.
Walau temanya sebenarnya berat, tetapi National Geographic sangat menarik bagi anak- anak. Website ini tanpa iklan dan tampaknya benar-benar disiapkan untuk regenerasi pembaca majalah National Geographic yang suka berpetualang.
Discovery Channel
Dengan alamat website di http://kids.discovery.com, channel kabel TV Amerika Serikat ini berusaha memperluas pengaruhnya ke anak-anak. Tampilan website-nya langsung dibuka dengan menu website yang menarik.
Video dan foto-foto menarik tetap menjadi jualan utama. Juga ada game untuk anak-anak prasekolah. Sayangnya, banyak link yang sudah komersial. Maklum, Discovery Channel memang bisnisnya di bidang tayangan.
NASA
Tetap saja website edukasi anak-anak yang mendominasi dari AS. National Aeronautics and Space Administration (NASA) juga mulai meningkatkan citra baiknya di lingkungan anak-anak lewat website-nya di
http://kids.msfc.nasa.gov/.
Tampilan website NASA langsung bernuansa ruang angkasa yang bisa menggugah keingintahuan anak-anak. Game berbasis Flash menjadi andalan dari website ini. Semua untuk memperkenalkan ruang angkasa.
Juga ada pelajaran serius soal berbagai pesawat ruang angkasa yang digunakan NASA. Namun, semua diceritakan dengan bahasa sederhana dan ditampilkan menarik dengan program Flash.
Energy Star
Pendidikan hemat energi sejak dini juga dicoba untuk dijadikan sebagai tema portal dari Energy Star ini dengan alamatnya http://www.energystar.gov/ index.cfm?c=kids.kids_index. Energy Star merupakan standar internasional untuk barang-barang elektronik yang sudah memiliki kualifikasi efisiensi energi. Banyak yang tak tahu soal Energy Star, tetapi logonya sering kita lihat di produk-produk elektronik.
Website ini memberi penjelasan sederhana, seperti apa itu bahan bakar fosil, apa itu energi, dari mana datangnya energi, cara menghemat energi, dan masih banyak lagi. Dari sisi tampilan dan penjelasannya, website ini masih cocok untuk anak-anak tingkat SMA.
Selain memberi berbagai penjelasan, situs ini juga menggalang kesadaran untuk berpartisipasi dalam kampanye hemat energi.
FEMA
Sekali lagi, di mata Google, website edukasi anak-anak dari AS memang menduduki peringkat atas. Salah satunya adalah website Federal Emergency Management Agency (FEMA) anak-anak yang alamatnya di
http://www.fema.gov/kids/.
Dari sisi tampilan, website ini termasuk minimalis dan tak meriah. Namun, tipe website ini cocok untuk pengakses internet rumahan yang biasanya bermasalah dengan kecepatan akses. Sejak dini, website ini memberi penjelasan soal bencana dan cara menghindarinya. Game-game dengan tema bencana sangat menarik dan kreatif. Beberapa game bahkan bisa diunduh di komputer dan bisa dimainkan kapan pun.
Di Indonesia
Terasa sulit untuk menemukan website anak-anak di Indonesia yang khusus didesain untuk anak-anak. Lebih mengecewakan lagi, sulit menemukan perusahaan atau institusi negara yang memiliki proyek pembuatan website khusus anak- anak.
Padahal, lewat website yang khusus didesain untuk anak- anak, pendidikan sejak dini bisa berjalan dengan baik. Dari sisi ekonomi, website anak-anak memang tak memberi keuntungan finansial, tetapi dari sisi pencitraan dan dari sisi strategi pemasaran ke depan tetap saja institusi negara atau pun pemerintah kelak akan ”memetik buahnya”.
Lewat website anak-anak, sebuah upaya regenerasi dari institusi itu terlihat nyata. Apakah ketidakpedulian ini terjadi karena membuat website dianggap mahal? Alasan ini tampaknya tak bisa dijadikan pemaaf karena saat ini membuat website sudah bukan barang mewah lagi.
Hal yang menggembirakan, situs-situs pendidikan anak justru banyak dirintis oleh individu yang peduli di bidang pendidikan anak-anak. Lewat situs pribadi mereka, semangat berbagi untuk memberi layanan informasi yang dikhususkan untuk anak-anak tetap berkibar walau dana mepet.
Website Koran Anak Indonesia dengan alamat http://b0cah. org/ tampak sudah memosisikan diri menjadi rujukan anak-anak. Namun, dari sisi tampilan dan konten, website ini memang masih perlu pengembangan dengan semangat yang sesuai dengan anak-anak dan remaja. Inisiatif seperti bocah.org ini banyak dilakukan individu-individu maupun organisasi nonprofit karena kepeduliannya.
Kita bangga jadi anak Indonesia, tetapi lebih bangga lagi kalau negara dan swasta kita peduli. Sudahkah negara dan perusahaan kita berbuat nyata sejak dini untuk anak-anak Indonesia?
(Amir Sodikin - kompas.com)